JAKARTA – Prof Brian Yuliarto, adalah seorang akademisi sekaligus peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia resmi dilantik Oleh Presiden RI Prabowo Subianto menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) di Kabinet Merah Putih menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro, Brian memiliki segudang prestasi.
Pelantikan ini berlangsung di Istana Negara, pada Rabu (19/02/2025) berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Tahun 2024-2029. Keppres tersebut dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretaris Negara, Nanik Purwanti.
Profil Brian Yuliarto
Gelar dan nama lengkapnya adalah Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. Lahir pada 27 Juli 1975. Sehingga saat ini, usianya 49 tahun.
Sebelum menjadi Wakil Rektor ITB, Brian Yuliarto menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB periode 2020-2024.
Kemudian sebagai Visiting Professor Tsukuba University (2021-sekarang), Kepala Research Center on Nanoscience and Nanotechnology ITB (2019-2020).
Brian juga pernah menduduki jabatan Kepala Program Studi Teknik Fisika ITB (2016-2020), Ketua KK AFM FTI ITB (2018-2020), serta Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB (2010-2016).
Ia sempat mencalonkan diri sebagai calon Rektor ITB periode 2025 – 2030.
Mengutip dari itb.ac.id, Brian Yuliarto menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Fisika dan mendapatkan gelar sarjananya dari ITB pada 1999.
Sementara untuk gelar magister dan doktor, ia dapatkan setelah menyelesaikan pendidikannya di University of Tokyo pada 2002 dan 2005. Di Tokyo, ia mengambil jurusan Jurusan Quantum Engineering and System Science Department.
Pada tahun 2006, Brian kembali ke almamaternya sebagai dosen. Total ia sudah 19 tahun menjadi pengajar di ITB.
Jadi Ilmuwan Top dan Peraih Habibie Prize 2024
Prof Brian Yuliarto dikenal sebagai salah satu ilmuwan top Tanah Air.
Ia menempati peringkat 18 dalam Indonesia Top 10.000 Scientist kategori Subjek Engineering & Technology.
Pemeringkatan ini dilakukan oleh AD Scientific Index yang merupakan sistem pemeringkatan dan analisis tahunan, berdasarkan kinerja ilmiah dan produktivitas dari sebuah universitas dan/atau seorang ilmuwan.
Brian Yuliarto juga telah mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu “World’s Top 2 persen Scientist versi Stanford University pada tahun 2022.
Ia juga pernah dinobatkan sebagai Peneliti Terbaik oleh ITB pada tahun 2021 dan beberapa kali mendapat penghargaan atas kontribusinya di bidang riset dan inovasi teknologi.
Selain itu, pada November 2024, Brian Yuliarto meraih Habibie Prize 2024 untuk kategori Ilmu Rekayasa.
Penghargaan bergengsi ini diberikan oleh Yayasan SDM Iptek sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi besar Brian Yuliarto dalam pengembangan teknologi berbasis material maju dan nanoteknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sepanjang kariernya, Prof Brian aktif melakukan penelitian di bidang nanoteknologi dan biosensor, dengan sejumlah hasil riset yang sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional ternama.
Ia juga melakukan penelitian-penelitian terobosan yang berfokus pada pengembangan material fungsional untuk aplikasi di berbagai sektor, termasuk kesehatan, energi, dan lingkungan.
Salah satu penelitian utamanya adalah pengembangan “biosensor portabel” untuk deteksi virus demam berdarah DENV-3, serta sensor gas berbasis oksida logam untuk pemantauan lingkungan dan industri.
Penelitian-penelitian ini tidak hanya menunjukkan kontribusi langsung bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menempatkan nama Indonesia di peta penelitian global.
Prof. Brian Yuliarto pun diharapkan dapat membawa terobosan baru dalam pengembangan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi di Indonesia. Keahliannya di bidang nanomaterial serta pengalaman luas dalam riset dan inovasi diyakini menjadi modal berharga untuk mendorong kolaborasi global serta meningkatkan daya saing bangsa. (Hzq)