eBrita.com – Kasus keracunan massal kembali mencuat di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Puluhan warga Cipongkor dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, hingga pusing setelah menyantap makanan dalam program MBG (Menu Bersubsidi Gotong Royong). Dugaan sementara, insiden ini terjadi akibat masakan dimasak terlalu awal sehingga memicu kontaminasi sebelum dikonsumsi.
Menurut laporan lapangan, sejumlah warga mulai merasakan gejala tak lama setelah menyantap hidangan tersebut. Beberapa di antaranya bahkan harus mendapatkan perawatan medis intensif. Hingga berita ini diturunkan, pihak Dinas Kesehatan Bandung Barat bersama BPOM masih melakukan uji laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan.
Kronologi Kejadian
Berdasarkan keterangan awal panitia penyelenggara, makanan dimasak sejak pagi hari untuk acara siang. Sayangnya, tidak ada fasilitas penyimpanan yang memadai untuk menjaga makanan tetap aman. Kondisi suhu dan kelembapan yang tidak sesuai diduga menjadi pemicu berkembangnya bakteri maupun racun dalam hidangan tersebut.
“Memasak terlalu awal tanpa penyimpanan sesuai standar bisa mengundang risiko besar. Apalagi jika bahan makanan sensitif seperti daging atau santan digunakan,” ungkap seorang petugas kesehatan yang ikut menangani korban.
Desakan Transparansi dan Tanggung Jawab
Insiden ini memicu keprihatinan publik, terutama karena MBG merupakan program resmi yang melibatkan pemerintah. Komisi IX DPR RI meminta Presiden Prabowo Subianto serta instansi terkait segera turun tangan.
“Prioritas kita adalah menyelamatkan masyarakat. Pemerintah harus transparan soal penyebab keracunan ini, serta memastikan kejadian serupa tidak terulang,” tegas salah satu anggota Komisi IX.
Komisi IX juga mendorong adanya audit menyeluruh terhadap standar penyelenggaraan makanan dalam program MBG, termasuk mekanisme pengolahan, distribusi, dan pengawasan mutu.
Langkah Penanganan dan Antisipasi
Sejumlah langkah cepat kini tengah dilakukan pemerintah daerah, mulai dari penanganan medis korban hingga pemeriksaan laboratorium bahan makanan. Selain itu, edukasi kepada panitia penyelenggara mengenai standar keamanan pangan juga akan diperkuat. Pengamat kesehatan masyarakat menilai kasus ini harus dijadikan pelajaran berharga. Program berskala besar seperti MBG harus memiliki SOP ketat, termasuk penyimpanan makanan dengan sistem pendingin, pemeriksaan bahan baku, serta pelatihan bagi petugas dapur.
Kasus keracunan MBG di Cipongkor menjadi pengingat bahwa keamanan pangan adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan. Di tengah upaya pemerintah menghadirkan program berbasis gotong royong untuk rakyat, standar mutu dan keselamatan masyarakat harus tetap menjadi prioritas utama.(Tim)