eBrita.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi sorotan publik. Bukan hanya soal gizi dan kesehatan anak-anak, melainkan juga terkait arah kebijakan ekonomi yang harus berpihak pada masyarakat kecil. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menyampaikan sikap tegas bahwa MBG tidak boleh menjadi ajang memperkaya konglomerat, terutama produsen besar seperti pabrik roti.
Tujuan Awal Program MBG
Program MBG dirancang untuk dua kepentingan besar sekaligus:
-
Meningkatkan gizi anak-anak sekolah melalui penyediaan makanan sehat dan bergizi.
-
Memberdayakan ekonomi lokal, dengan mengutamakan bahan baku dan olahan dari produsen kecil, UMKM, serta petani dan nelayan di daerah masing-masing.
Dengan dua tujuan ini, seharusnya dapur MBG menjadi motor penggerak ekonomi rakyat, bukan ladang bisnis industri pangan raksasa.
Kritik Waka BGN: Stop Produk Pabrikan
Dalam konferensi persnya, Nanik menyampaikan bahwa menu MBG tidak boleh lagi didominasi produk pabrikan besar seperti roti kemasan. Hal tersebut dianggap menyalahi semangat awal MBG yang ingin melibatkan masyarakat lokal.
Beliau menegaskan, “Dapur MBG ini adalah untuk membangkitkan ekonomi lokal, bukan memperkaya pabrikan besar.”
Sebagai pengecualian, produk susu kemasan masih diperbolehkan digunakan bila daerah tidak memiliki produsen susu lokal. Namun, untuk bahan makanan lain, BGN mendorong penuh agar semua dapur MBG memanfaatkan produk lokal.
Dampak Jika MBG Didominasi Pabrikan
Jika MBG tetap bergantung pada produk industri besar, ada beberapa risiko yang muncul:
-
Ekonomi lokal terabaikan, UMKM pangan tidak mendapatkan peluang berkembang.
-
Kesenjangan ekonomi melebar, konglomerat semakin kuat sementara produsen kecil tidak tersentuh.
-
Kedaulatan pangan melemah, karena menu bergantung pada rantai pasok pabrikan, bukan produksi lokal.
-
Kepercayaan publik terancam, masyarakat bisa menilai program MBG hanya formalitas tanpa memberi manfaat nyata.
Agar MBG benar-benar sesuai dengan tujuan awalnya, ada beberapa langkah strategis yang bisa diambil pemerintah:
-
Mengutamakan bahan lokal: Sayur, buah, ikan, daging, hingga olahan pangan dari UMKM.
-
Standarisasi dapur MBG: Memberikan pelatihan dan sertifikasi keamanan pangan agar kualitas tetap terjaga.
-
Pengawasan ketat: Melibatkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memantau rantai pasok dan menu.
-
Transparansi menu: Mempublikasikan daftar menu dan pemasok lokal di setiap daerah agar masyarakat ikut mengawasi.
-
Pemberdayaan UMKM: Pemerintah bisa membuat skema subsidi atau insentif agar UMKM mampu memenuhi permintaan besar.
Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar memberi makanan sehat pada anak-anak sekolah. Lebih dari itu, program ini adalah kesempatan emas untuk menggerakkan ekonomi lokal dan menciptakan kemandirian pangan. Sikap tegas Waka BGN menjadi pengingat bahwa MBG harus kembali ke jalur yang benar, menyehatkan generasi, sekaligus menyejahterakan rakyat kecil.(Tim)