eBrita.com – Isu penggunaan ikan hiu goreng sebagai menu dalam skema MBG, memicu perdebatan di kalangan publik. Beberapa pihak menganggapnya sebagai bentuk kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya laut setempat, sementara pihak lain memperingatkan potensi risiko pangan, kelestarian hiu, dan regulasi lingkungan yang mungkin dilanggar.
Latar Belakang & Pro-Kontra
Menurut sumber yang tersebar, menu hiu goreng ini digunakan dalam beberapa pelaksanaan MBG di wilayah pesisir, di mana masyarakat setempat sudah terbiasa mengonsumsi ikan laut laut sebagai protein utama. Pemerintah daerah setempat , oleh inisiator menu, dikabarkan mempertimbangkan menu tersebut sebagai bagian dari upaya penguatan identitas lokal dan kemandirian pangan.
Namun, muncul kritik dari pakar kelautan dan kesehatan pangan yang menyatakan
- Potensi kandungan racun atau logam berat : Ikan hiu termasuk predator laut yang rentan mengakumulasi merkuri dan bahan pencemar lain dalam tubuhnya.
- Isu kelestarian satwa : Beberapa spesies hiu dilindungi atau terancam. Penggunaan hiu sebagai bahan makanan massal bisa menimbulkan tekanan terhadap populasi laut.
- Regulasi & standar pangan : Apakah menu hiu goreng sudah memenuhi standar keamanan pangan nasional (BPOM, Dinas Kesehatan) terkait penanganan, pemrosesan, dan pengawetan.
Respons Pemerintah dan Tokoh Terkait
Beberapa pejabat BGN (Badan atau lembaga terkait MBG) disebut-sebut memberikan klarifikasi bahwa penggunaan menu hiu goreng ini tidak dimaksudkan sebagai agenda massal, tetapi sebagai oppsi menu alternatif di wilayah pesisir. Mereka juga menegaskan bahwa harus ada kajian kelayakan pangan, serta konsultasi dengan dinas kelautan dan lingkungan.
Sementara anggota DPR atau lembaga pengawas pangan kemungkinan akan memanggil pejabat daerah tersebut untuk menjelaskan dasar pemilihan menu ini, serta menjamin bahwa menu MBG tetap aman dan berorientasi pada kesehatan masyarakat.
Risiko & Catatan Penting
- Jika konsumsi ikan hiu goreng dalam skala besar tanpa pengujian yang memadai, ada potensi dampak kesehatan jangka panjang bagi masyarakat, terutama dari akumulasi merkuri.
- Perlu audit lingkungan terkait apakah penangkapan hiu ini berkelanjutan dan tidak melanggar UU Lingkungan & konservasi laut.
- Keterlibatan masyarakat lokal menjadi penting: penerimaan menu ini sangat bergantung pada budaya setempat, kebiasaan makan, dan tingkat kepercayaan terhadap keamanan pangan.
Menu hiu goreng dalam MBG menjadi cerminan ketegangan antara kearifan lokal dan tanggung jawab pangan publik. Jika memang diizinkan sebagai menu alternatif di wilayah pesisir, harus ada standar ketat pengawasan pangan dan lingkungan, agar manfaat lokal tidak berubah menjadi beban kesehatan atau kerusakan alam.
eBrita.com akan terus memantau perkembangan resmi, termasuk keputusan legislatif, tanggapan BPOM atau kementerian terkait, serta respons masyarakat terhadap menu kontroversial ini. (Tim)