eBrita.com – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut bahwa timnya saat ini tengah bekerja keras mengejar golden time dalam upaya evakuasi para santri yang tertimbun di musala Sidoarjo. Waktu kritis ini sangat menentukan peluang selamat korban setelah tertimbun reruntuhan bangunan.
Insiden ini mengejutkan publik karena terjadi di tempat ibadah yang selama ini dianggap aman musala di sebuah pesantren. Informasi awal menyebut bahwa gempa lokal atau kerusakan struktural mendadak menjadi penyebab runtuhnya sebagian bangunan sehingga menimpa santri yang sedang berada di dalamnya.
Respons & Aksi Tim Penyelamat
Basarnas, bersama tim SAR lokal, relawan, polisi, dan pemadam kebakaran, dikerahkan secepat mungkin ke lokasi insiden.
Fokus utama tim evakuasi saat ini adalah menyelamatkan korban yang belum ditemukan dan memastikan keselamatan para penyelamat sendiri.
Basarnas menyampaikan bahwa operasi berlangsung dalam kondisi apapun, malam atau siang, untuk memaksimalkan peluang korban masih hidup.
Tim pencarian menggunakan alat berat, radar, dan sensor untuk mendeteksi posisi santri di bawah reruntuhan.
Yang Menjadi Tantangan
Evakuasi korban dalam kondisi tertimbun bangunan menghadapi berbagai hambatan, antara lain:
1. Kerusakan struktur bangunan yang tidak stabil risiko runtuhan tambahan dapat membahayakan tim penyelamat.
2. Terbatasnya akses ke titik reruntuhan terdalam, sehingga lokasi santri sulit dijangkau langsung.
3. Minimnya penerangan saat malam hari bila operasi berlanjut hingga malam, kebutuhan lampu, genset, dan alat bantu sangat krusial.
4. Keterbatasan oksigen dan kondisi fisik korban semakin lama korban tertimbun, semakin kecil peluang selamatnya jika tidak segera dievakuasi.
Basarnas menekankan bahwa mereka bekerja dalam situasi waktu kritis, di mana setiap menit sangat berharga dalam penyelamatan.
Harapan Masyarakat & Pesan Nasional
Kabar ini menyentak publik dan umat Islam secara luas, karena menimpa tempat ibadah dan para santri generasi penerus bangsa. Beberapa pesan yang muncul:
Kebutuhan standar keamanan bangunan di fasilitas pendidikan dan keagamaan harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang.
Masyarakat diharap lebih waspada terhadap tanda-tanda gangguan struktural bangunan tua atau tidak laik pakai.
Pemda dan lembaga terkait diharapkan melakukan audit rutin terhadap kondisi gedung keagamaan, khususnya di area rawan gempa atau perubahan struktur.(Tim)