JAKARTA – Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya. Kwik Kian Gie, mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri, wafat di usia 90 tahun, Senin (29/7). Kabar duka ini pertama kali diketahui publik lewat unggahan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.
“Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri. Indonesia berduka,” tulis Sandi dalam akun Instagram pribadinya, @sandiuno.
Lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah pada 1935, Kwik Kian Gie dikenal sebagai sosok pemikir tajam dan berintegritas tinggi. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan melanjutkan studinya ke Nederlandsche Economiche Hogeschool Rotterdam—kini Erasmus Universiteit Rotterdam, Belanda.
Sepulang dari studi, Kwik sempat menekuni dunia bisnis sebelum akhirnya terjun ke dunia politik. Pada 1987, ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia dan menjadi salah satu tokoh yang dekat dengan Megawati Soekarnoputri.
Di tengah dinamika politik nasional, Kwik tampil sebagai sosok intelektual yang tak ragu menyampaikan kritik. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.
Salah satu babak paling penting dalam kariernya adalah ketika ia menolak penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) bagi obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di era Presiden Megawati. Meski berada dalam lingkar kekuasaan, Kwik berdiri di sisi yang berseberangan, menyuarakan kekhawatiran bahwa kebijakan itu dapat merugikan keuangan negara.
“Dua kali saya berhasil menggagalkan penerbitan SKL. Tapi yang ketiga, saya kalah oleh ‘total football’,” ungkap Kwik dalam kesaksiannya di Pengadilan Tipikor pada 2018, mengacu pada tekanan politik besar dari berbagai menteri dalam rapat kabinet terbatas.
Kwik juga menyoroti kejanggalan prosedur, termasuk rapat-rapat informal yang digelar di luar Istana Negara. Meski akhirnya Presiden Megawati tetap memutuskan untuk menerbitkan SKL kepada obligor yang dianggap kooperatif, sikap tegas Kwik dikenang sebagai simbol integritas.
Lebih dari sekadar ekonom, Kwik Kian Gie adalah pendidik dan nasionalis sejati. Pemikirannya yang kritis dan keberaniannya melawan arus menjadikannya panutan lintas generasi. Ia bukan hanya teknokrat, tapi juga seorang idealis yang konsisten memegang prinsip hingga akhir hayatnya.
Wafatnya Kwik meninggalkan duka mendalam di kalangan masyarakat, terutama mereka yang menghargai etika dalam pengelolaan ekonomi dan pemerintahan.
Selamat jalan, Pak Kwik. Warisan pemikiran dan keteguhan prinsipmu akan terus hidup dalam ingatan bangsa ini. (*)