eBrita.com – Sosok kontroversial dan pegiat media sosial yang akrab disapa Abu Janda atau nama aslinya Permadi Arya, kembali menyita perhatian publik. Kali ini bukan karena komentar tajamnya di dunia maya, melainkan karena penunjukan dirinya sebagai Komisaris PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), anak perusahaan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang menangani pengoperasian jalan tol nasional.
Kabar ini pertama kali mencuat lewat beredarnya poster digital yang menunjukkan Permadi Arya resmi menduduki jabatan komisaris. Tak butuh waktu lama, kabar tersebut pun menjadi viral dan menuai berbagai respons dari warganet. Dalam sebuah pernyataan singkat kepada media, Permadi membenarkan kabar tersebut. “Insyaallah, semoga amanah,” ujar Permadi dengan nada singkat namun penuh makna.
Penunjukan ini sontak menimbulkan tanda tanya besar: apa latar belakang dan kontribusi Abu Janda hingga dipercaya mengisi posisi penting di perusahaan negara? Bagi sebagian masyarakat, nama Abu Janda identik dengan narasi-narasi keras di media sosial, terutama dalam isu keberagaman, nasionalisme, dan politik. Tak jarang ia terlibat perdebatan panas, bahkan dilaporkan ke kepolisian atas beberapa unggahannya yang dinilai provokatif.
Namun di balik persona nyentriknya di jagat maya, Permadi Arya memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang cukup mentereng. Ia menyelesaikan pendidikan Diploma Ilmu Komputer di Singapura dan melanjutkan gelar sarjana Business & Finance di University of Wolverhampton, Inggris. Sebelum terjun sebagai pegiat media sosial pada 2015, ia sempat bekerja di sektor keuangan, perbankan, hingga tambang batu bara.
Langkah Abu Janda memasuki jajaran komisaris BUMN bukanlah hal yang mengejutkan bagi sebagian kalangan. Dalam Pemilu 2019, ia dikenal sebagai influencer pendukung Joko Widodo, dan belakangan menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. Kedekatannya dengan lingkaran politik nasional menjadi salah satu faktor yang dianggap membuka pintu baginya untuk menempati posisi strategis tersebut.
JMTO sendiri adalah entitas penting dalam pengelolaan operasional jalan tol di Indonesia. Komisaris di perusahaan ini memiliki peran dalam pengawasan dan pengambilan keputusan strategis, termasuk dalam pengembangan sistem tol berbasis teknologi dan pelayanan publik.
Publik pun kini menanti, apakah kehadiran Abu Janda akan membawa warna baru dalam dunia infrastruktur atau justru menjadi sumber polemik baru. Beberapa pihak berharap ia mampu menggunakan pengaruhnya untuk mendukung modernisasi sistem jalan tol, sementara yang lain masih skeptis terhadap kapabilitas dan integritasnya.
Satu hal yang pasti, transformasi dari buzzer medsos ke bangku komisaris BUMN adalah langkah besar yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Apakah ini simbol meritokrasi, politik balas jasa, atau sekadar “drama medsos” yang naik level? Waktu yang akan menjawabnya.(Tim)